Explorejabar.blogspot.com |
Langit mulai gelap. Mendung dan berawan. Hatiku mulai was-was. Sebenarnya, aku tak tahu jalan.
“Gimana ini, Dan. Kamu tahu jalan gak sih?” tanya Jawa dengan suara agak keras. Aku bisa membaca dari intonasinya bahwa ia mulai berputus asa.“Tenang saja. Aku tahu jalan. Ikuti saja aku.”
Semua nampak lesu. Hujan mulai turun. Jalanan licin dan mulai gelap.
.
Srooot...! Gubrak...!
Encus terjatuh.
“Cus, kamu gak apa-apa.?” Tanyaku.
“Aduh, kakiku sakit. Kayaknya patah nih.”
“Coba ku lihat.” Terlihat biasa saja. Mungkin terkilir. “kita istirahat saja di sini.
.
Hujan semakin deras. Keadaan mulai gelap. Tiba-tiba saja kabut menyelimuti seakan menelan kami.
“Ini gak wajar.” Celetuk Jawa.
“Huss! Kamu jangan sembarangan gitu.” Teriak Jenong.
“Ini semua gara-gara loe, Dan!”
“loh, kok jadi gua yg disalahin?” aku langsung naik pitam.
“Katamu, Curug Sawer itu indah. Jalannya deket. Ini, apaan? Gak nyampe-nyampe.” Jawa berbicara ketus sambil uring-uringan. Ia juga beberapa kali lihat jam tangan. “G*bl*k loe lihat jam udah sore. Kita gak tahu arah.
*****
Semua terdiam. Kami pun memutuskan membuat bivak dari dedaunan yang ada. Kami tidak membawa apapun untuk memotong, kecuali gunting kuku yg ada pisaunya.
“Gimana nih, aku kedinginan?” Celetuk Jawa.
“kita bikin api saja.” Kata Jenong.
“Semua kayu basah. Pasti ada dedaunan yg tidak terkena air.” Jawabku.
Semua teman-temanki mulai kurusak-kurusuk mencari dedaunan dan kayu kering. Walaupun hari berkabut, kami tetap berjalan. Kecuali Encus yang tadi terjatuh.
“Dan, c Jenong gak ada!” Teriak Jawa.
“Apa maksudmu? Kan tadi bareng sama kamu.”
“Tadi katanya lihat merpati di bawah.”
“Merpati?”
“iya.”
“Ayo kita cari dia.”
“Nong,.... Nong....”
Kami berteriak memanggil Jenong. Hari mulai gelap menjelang malam. Susana semakin mencekam. Aku dan Jawa tak tahu jalan menuju bivak.
“Gimana ini?”
“kita duduk saja dulu.”
“Duduk gimana? Adikku itu hilang. A*jing.”
“Tadi tahu gak, pas aku lihat di bawah itu seperti banyak orang berkerumun.”
“Mana ada, ini hutan!” Jawabku dengan agak keras.
.
Tiba-tiba terdengar suara yang ramai sekali.
“Tuh, kau dengar kan”
“itu bukan suara burung.”
Bersambung....
Comments
Post a Comment